Jumat, 29 Februari 2008

ANAKKU PERTAMA LAHIR….

Tepat sepulang ikut pendidikan di Jakarta tanggal 18 Desember sore, aku menuju Gorontalo dari Jakarta via Makassar dengan pesawat Sriwijaya. Sewaktu landing ke bandara Hasanuddin Makassar, hati dag-dig-dug tidak ketulungan, awan mendung dan hujan deras membuat suasana di dalam pesawat yang ditumpangi histeris, bagaimana tidak, pesawat seperti bis kota yang melaju di jalanan desa yang berbatu dan terjal. Miris hatiku membayangkan sore malam itu: istriku yang lagi di rumah sakit menanti suami nya pulang dan anaknya lahir. Terbayang, sekiranya aku pulang tinggal mayat, seakan pertukaran roh dengan anakku yang barusan lahir malamnya. Hanya do’a, salawat, dan kalimat-kalimat pujian sama Allah SWT lah, yang bisa kulakukan pada saat itu.
Alhamdulillah, dengan iringan tepukan tangan semua penumpang, membuat hati jadi kuat pas bola pesawat landing di Bandara Hasanuddin, yang masih saja diringi hujan deras itu.
Tetapi, tentu saja, perasaan was-was masih menggeluti perasaan, karena saya dan beberapa penumpang hanyalah transit, untuk kemudian akan take off dengan pesawat yang sama setengah jam lagi menuju Gorontalo.

Sepanjang perjalanan menuju Gorontalo, alhamdulillah tidak terjadi apa-apa selain pertemuan tiba-tiba dengan salah seorang teman lama di pesawat. Ati namanya, pas barusan pulang seminar. Untuk kemudian sesampainya di Bandara, meskipun delay sampai dengan jam 10.30 malam (padahal mestinya sampe jam 07.00 malam), Udin telah menunggu di depan ruang penjemputan dengan istrinya yang sudah tunggu selama tiga jam lamanya. Akhirnya kita bersama-sama menuju ke Kota.

Setelah menaruh barang ke rumahku di Huangobotu, langsung menuju ke Rumah sakit Bunda, tempat istriku bersalin, yg sudah sejak sore tadi berada. Langsung menuju kamar , dimana Istriku, Adiknya Indit dan Ibunya berada.
Tidak lama kemudian Ira istriku sudah mulai merasakan sakit perutnya, yang sebetulnya sudah dari tadi setiap setengah jamnya, tetapi semenjak kedatanganku tiap lima menit sakit perutnya, hingga kami memanggil suster pada malam itu. Setelah diperiksa katanya baru bukaan satu. Nanti pas jam 04.00 pagi tangaal 19 Desember 2008, bukaan sudah banyak (aku tak tahu). Yang pasti suster telah menelpon dokter dan pasien harus sesegeranya masuk ke ruangan persalinan. Tidak sampai setengah jam kemudian, atau 15 menit sebelum melahirkan dokter datang dengan celana ceper. Perlu diketahui, sejak kemarin hingga malam itu bahkan hingga beberapa hari ke depan, Kota Gorontalo terkena banjir, karena meluapnya sungai. Sorenya sebelum ke rumah sakit tersebut, istriku sempat ke kantornya di Jalan Rajawali, untuk mengatur berkas-berkasnya supaya tidak kena air, berhubung air sudah masuk ke dalam kantornya. Sepulang dari situ, pas lagi singgah di supermarket Makro di Agussalim, eh… tiba-tiba ada yang basah di pantatnya, langsung deh cepat-cepat dia pulang ke rumah, disimpulkan bahwa lapisan ketubannya sudah pecah, menandai bahwa si bayi sudah bakal melahirkan, dari situ sorenya langsung ke rumah sakit.

Dalam, suasana seperti itulah anakku sayang dilahirkan, dan untuk pertama kalinya aku sadar bahwa aku sudah menjadi seorang ayah, aku sudah punya keturunan untuk yang pertama kalinya. Rasa bahagia, senang, lelah bercampur aduk malam itu. Telepon dan sms berali-kali terdengar setelah kuberitakan kepada sanak keluarga dan sahabat.

Beratnya 2,8 Kg, panjang 45 Cm, menunjukkan bahwa anakku normal, begitu juga pas diperiksa semua bagian fisiknya .
Kejadian kelahiran itu aku saksikan dengan mata kepalaku sendiri, sebuah tontonan yang baru pertama kali aku lihat. Sebuah kuasa Tuhan, yang belum bisa ditebak secara sempurna kerahasiaan penciptaanNya, Subhanallah………

Pasca dibersihkan sang bayi, aku peluk dan meng-azan-i dan iqamat-kan dia di telinganya, seperti syariat yang biasanya harus dilakukan bagi anak yang baru lahir.

Sampai dengan hari ketiga aku belum memiliki nama yang pas buat dia, …. Sudah banyak sih buku dan bahan-bahan dari internet tentang nama buat anakku, begitu juga banyak usulan-usulan nama dari rekan dan sahabat. Tetapi semua tertolak, aku bingung nentuin namanya. Untuk itu, aku serahin sama Ira istriku untuk memberikan namanya aja, nanti aku poles. Akhirnya, karena “Maitua” fans berat pada penyiar Metro TV: Najwa Shihab yang lagi sekolah di Australia dan sudah lama gak muncul di TV(mungkin kangen nih..maitua), tetapi juga pingin juga dinamai Carisa, Ia usulin nama tersebut.
Aku pelajari, cari artinya di kamus nama-nama bayi, Najwa artinya Rahasia, atau berbisik, Carisa : Keanggunan. Aku mikir, kan besok hari raya Idul Adha, gimana kalo tambah di tengahnya ‘Adha’, sehingga dapat bermakna Bisikan atau rahasia keanggunan dari misteri hari Idul Adha.
Namanya kemudian aku tetapkan menjadi Najwatul Adha Carisa Adam.

Insya Allah nama tersebut merupakan doa, karena menurutku kisah Ibrahim dan Siti Hajar di padang Mekkah waktu membawa Ismail, merupakan kisah spiritual abadi yang agung sekaligus romantis dan anggun.
Nah, di Hari Idul Adha, kayaknya memateri hikmah tersebut ke kelahiran anakku(moga-moga), meskipun sehari sebelumnya, dengan cara yang anggun tentunya dan dalam keteriringan rahasia ke-Tuhan-an.

Semoga menjadi anak yang saleh…..